Pengalaman kali ini mengisahkan tentang pengalaman dari seorang teman yang pernah menjadi seorang Instruktur Komputer di salah satu Lembaga Kursus Pelatihan yang tidak begitu terkenal di Kalimantan Selatan.
Meskipun tidak begitu dikenal namun menurutnya Lembaga tersebut tidak pernah sepi peminat, entah apa penyebabnya seakan Lembaga tersebut memiliki magnet tersendiri yang selalu didatangi oleh peserta baru yang terus bermunculan.
Pengalamannya menjadi seorang instruktur komputer dimulai ketika dia mendapatkan informasi dari koran harian yang sangat terkenal di kota itu. Dari informasi yang tertera di kolom lowongan, ia mencoba memasukan lamaran. Bermodalkan pengetahuan komputer dari kursus yang pernah diikutinya di kota seribu sungai, dia gantungkan harapannya untuk bekerja ditempat yang ia lamar.
Setelah berselang satu minggu dari lamaran yang dikirim, ia masih belum mendapatkan panggilan. Hingga tepat hampir diakhir bulan Agustus atau dua minggu setelahnya, akhirnya ia mendapatkan panggilan telepon kantor dari salah seorang Admin lembaga yang dilamarnya. Admin tersebut memberikan kabar kalau surat lamaran kerjanya diterima dan menanyakan kesiapannya untuk mengikuti tes dan wawancara.
Dihari ketika ia harus mengikuti tes, anehnya temanku ini malah tidak tau-menau tempat di mana lembaga yang dilamarnya itu berada. Akhirnya ia mencoba searching menggunakan google map, dengan sedikit senyum ia mulai membawa kenderaannya menuju lembaga yang ditunjuk oleh platform aplikasi buatan google tersebut. Entah kenapa sampai tiga kali dia bolak-balik dari ujung bundaran perbatasan kota hingga pintu gerbang masuk kota tidak ia temukan lembaga yang dituju.
Sampai kali yang keempat, ia baru sadar kalau lembaga yang ditujunya itu ternyata dekat dengan jalan raya dan tertutup oleh rindangnya pepohonan. Sehingga ia tidak sadar kalau sebenarnya papan nama dari lembaga itu tertutup oleh dedaunan. Sampailah ia di tempat tujuan. Di sana ia lihat sudah banyak anak muda berkerumun duduk di depan meja admin sembari seperti menunggu dipanggil.
Katanya lagi, waktu itu sekitar ada lima orang yang menunggu. Sedikit tanya-tanya dan berbincang dengan Admin yang ternyata cewek yang bekerja di lembaga itu membuat ia malu-malu tahi lalat, wadaw! apakah ini pertanda kalau ia ada rasa. Entahlah. Si bujang lapuk ini melihat ke sekelilingnya, memperhatikan peserta tes yang dipanggil satu-persatu naik ke lantai tiga menuju ruang boss pemilik lembaga.
Tak berapa lama peserta itu keluar, lalu pergi tanpa kata. Entah apa yang terjadi padanya diruang itu. Semakin membuat peserta lain dag-dig-dug gubrak. Sampailah panggilan admin untuk meminta pada si bujang ini memasuki ruangan si boss. Di ruangan iu dia nampak gugup menjawab setiap pertanyaan yang dilontarkan si boss, takut salahkah? Mungkin. Katanya pertanyaanya simple saja. Yang paling dia ingat ketika si boss menanyakan “berapa gaji yang diminta jika bekerja di sini?”
Si bujang ini sedikit gugup menjawabnya, ia tau dan sadar kalau ia belum memiliki pengalaman yang mumpuni di pekerjaan yang dilamarnya. Namun apa boleh buat, akhirnya ia pun menjawabnya dengan sedikit gemetaran, jawaban yang dilontarkannya itu suatu hari nanti akan menjadi ujian bagi dia kelak. Dia berkata “silakan bapak nilai berapa harga yang pantas untuk pekerjaan saya jika saya diterima bekerja di tempat bapak.”
Dengan senyum seperti meremehkan, si boss lalu menanyakan kepadanya. Kapan ia siap bekerja? Si bujang itu lalu menjawabnya dengan sedikit malu-malu. “Terseraaahhhh”. Lalu si boss itu mempersilahkannya untuk datang kembali di hari senin untuk masuk kerja.
Di hari pertama ia masuk kerja, kerjaannya hanya melihat-lihat dan mengamati instruktur lain yang mengajar. Sesekali ia duduk di belakang peserta. Sampai beberapa hari kemudian ia mendapatkan kehormatan dari salah seorang instruktur yang lebih muda darinya untuk menggantikannya mengajar Program Microsoft Office Word. Setelah mencoba dan agak sedikit gugup ia mulai terbiasa dan mulai mendapatkan ritmenya.
Selang beberapa minggu ia mendapatkan jabatan sebagai instruktur percobaan, tugasnya mengajarkan program MS. Word, Excel dan Powerpoint kepada peserta pelatihan. Waktu terus berlalu. Sampa bulan berikutnya dia mendapatkan gaji pertamanya. Menurutnya gaji pertamanya memang kecil, hanya Rp. 500.000,- meskipun kecil tapi itu adalah hasil dari kerja kerasnya selama mengajar sebulan. cukuplah bagi si bujang untuk mensyukurinya, terlebih lagi ia belum berkeluarga.
Bulanpun berganti hingga tak terasa ia telah mengajar selama empat bulan. Kemudian tepat di awal tahun ia resmi ditetapkan oleh si boss lembaga itu sebagai pegawai tetap lembaga tersebut. kini ia telah memiliki jabatannya sendiri. Dan gajinya pun turut dinaikkan dari Rp. 500.000,- menjadi Rp. 1.000.000,- dan gajih itu menurutnya akan terus meningkat seiring denga pengalaman kerjanya di lembaga tersebut. katanya lagi setiap tahun akan ada tambahan kenaikan gajih sebesar Rp. 50.000,- itu sudah membuatnya senang.
Baca Juga:
Menurutnya lagi ketika menjadi instruktur komputer ada beberapa pelajaran yang dapat ia ambil. Dengan mengajarkan komputer ia merasa ilmunya terus bertambah. Tambahan ilmunya tidak lain berasal dari peserta itu sendiri yang terkadang menemukan suatu masalah. Lalu masalah itu dipecahkan bersama-sama sehingga membuatnya tidak hanya mengajar namun sekaligus menimba ilmu dari peserta lain. Tentunya seorang instruktur harus lebih maju selangkah dari pesertanya. Namun itulah pengalamannya semenjak menjadi seorang instruktur komputer.
Selang beberapa tahun kemudian ia sudah mengajar beberapa mata pelajaran. Tidak hanya program Microsoft Office, namun juga Desain Grafis dan Teknisi Komputer. Menurutnya semakin tahun ilmunya selalu bertambah dan terus bertambah jika sambil belajar juga mengajarkannya. Sungguh pengalaman luar biasa.
Demikianlah pengalaman seorang teman yang pernah bekerja menjadi seorang instruktur Komputer. Siapa tau ada diantara pengunjung sekalian yang tertarik dapat menjadikan pengalamnya ini sebagai pembelajaran yang berharga. Semoga tulisan ini bermanfaat dan sampai jumpa lagi di artikel selanjutnya.