Hari ini Aku dan keluarga kecil kami berkeliling seputaran kota menikmati suasana sore hari yang menyilaukan. Saking silaunya membuat kerongkongan dan perut kami minta diisi. Singgah lah kami di suatu warung makan di bahu jalan A. Yani. Di warung itu menyediakan berbagai macam menu makanan mulai dari Nasi Goreng hingga Mie berkuah.

Satu Porsi Mie Kuah
Kami duduk di salah satu meja yang menghadap ke depan Televisi. Aku memesan Mie Kuah dan yang lainnya memesan Mie KwiTiew (entah jenis mie apa lagi itu terasa asing bagiku). Mie pesanan kami pun dihidangkan. Sebelum menyantap Mie Kuah Aku jadi teringat dengan penggalan kenangan saat menyantap Mie Kuah di salah satu kedai di kota seribu sungai. Kenangan itupun masih membekas.

Disekitaran kilometer 4,5 dulu sekitar tahun 2007 silam. Lebih tepatnya di depan sebuah masjid bernama Masjid Attaqwa. Berdiri sebuah warung makan yang juga menyediakan berbagai macam makanan. Mulai dari lalapan, nasi goreng hingga Mie berkuah. Pemilik warung tersebut multi talenta. Karena ia dan suaminya nampaknya berasal dari luar pulau Kalimantan.

Warung tersebut selalu buka menjelang senja. Warung itu bernama SOPONYONO. Terlihat spanduk yang membentang nampak sudah lusuh dan sering tersentuh dengan debu. Menandakan kalau warung itu sudah jauh berdiri sebelum Aku tiba di kota tersebut untuk melanjutkan kuliah. Mungkin warung tersebut juga menjadi saksi kebersamaanku dengan teman-teman di kampus.

Aku mesan Mie kuah kala itu dan temanku sangat senang dengan Nasi Goreng Telur ceplok. Ba’da shalat magrib kami sering nongkrong saat di awal bulan. Warung soponyono benar-benar menjadi tempat favorit kami. Biasanya selepas makan, tak terasa waktu telah menjelang shalat ‘Isya. Sehingga setelah makan selalu kami sempatkan untuk singgah sebentar untuk shalat ‘isya. Namun terkadang kami juga langsung pulang ke Kosan setelah makan hampir kekenyangan.

Mie Kuah yang dihidangkan saat ini memang terasa berbeda. Tidak sama dengan seperti yang kurasakan belasan tahun silam. Namun sensasi memakan mie kuah masih teringat jelas. Hal pertama yang akan ku lakukan ketika memakan Mie Kuah dimulai dari menyeruput Mie dan sayur. Oh iya sebelum mulai makan baca doa dulu hehe. Kemudian tambahkan sambal sssssttt yang pedasnya ala-ala orang hulu sungai. Sambal itu nampak berminyak dan menggiurkan.

Setelah habis menyeruput Mie dan daging serta sayur. Tibalah di puncak kenikmatan dari sebuah Mie Kuah. Kenikmatan nan tiada tara itu terletak pada kuahnya. Kuah yang sudah tercampur dengan bumbu-bumbu dan rempah-rempah penyedap serta sambal yang super duper pedas itu benar-benar memberikan kenangan yang sangat membekas. Apalagi gerindil-gerindil sisa dari daging yang di masak masih terasa di lidah saat menghirup kuahnya benar-benar kenikmatan tiada tara.

Saat diujung kenikmatan , saat itulah di mana kuah dari Mie yang sesungguhnya terpendam. Satu sendok terakhir kuah yang masuk ke mulut tak bisa dibuang (karena kalau dibuang kan sayang). Harga dari semangkok Mie Kuah juga terjangkau. Kalau dulu sekali duduk hanya mengeluarkan uang Rp. 10.000. DI tahun 2021 ini harga Mie Kuah satu mangkok sudah mencapai rentang 20.000 sampai 25.000 rupiah. Itu sudah termasuk minuman. Apa kalian pernah mencicipi mie kuah? Segera cari dan rasakan sensasinya.

Baca Juga:

Demikian pengalaman sensasi menyantap Mie Kuah. Semoga informasi di atas menghibur dan berhasil membuat perut pembaca setia blog ini keroncongan. Jangan lupa untuk selalu share dan bagikan tulisan ini kepada teman-teman lainnya agar mereka tahu bagaimana sensasi memakan mie kuah. Semoga bermanfaat dan sampai jumpa lagi pada tulisan selanjutnya.