Tujuh puluh tujuh tahun silam bulan ini untuk pertama kalinya menjadi bulan yang spesial yang dikenang dalam sejarah perjuangan kemerdekaan hari kemerdekaan Negara Republik Indonesia, yang terjadi di bulan Agustus menjadi pertanda bangsa kita terbebas dari penjajahan.

Rambutan Setengah Matang

Seiring bergulirnya waktu makna kemerdekaan mengalami perluasan, tidak sebatas merdeka dari sistem kolonial, namun yang lebih luas lagi kemerdekaan dapat kita artikan sebagai sikap untuk menjadi pribadi yang merdeka.

Dari kebiasaan-kebiasaan yang buruk, tidak disiplin, menunda pekerjaan, menghindar dari tanggung jawab, tidak produktif dan masih banyak lainnya.

Oleh karena perluasan makna kemerdekaan ini lah kita ingin menyampaikan sejumlah hal yang di dalamnya masih banyak diantara kita belum merdeka sepenuhnya.

Pertama, merdeka dari kebodohan. Berapa banyak dari saudara kita umat Islam yang belum bisa baca Al-Quran, apalagi memahami kandungannya lebih-lebih mengamalkan isinya. berapa banyak dari umat Islam yang masih awam tentang syari’at Islam.

Tidak hanya awam tapi sebagian ada yang menuding syari’at Islam adalah ajaran yang melanggar hak asasi manusia.

Kenyataannya demikian menandakan bahwa kita belum merdeka dari kebodohan tentang agama yang kita anut, sehingga jika kita ingin merdeka kita harus memerdekakan diri dari kebodohan.

Masihkah kita ingat bahwa ayat pertama yang turun adalah Iqra? Yang artinya bacalah. Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah dan Tuhanmulah yang maha pemurah yang mengajar manusia dengan perantaraan kalam, yang mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.

Apa yang kita baca? Ayat-ayat Allah swt yang tersurat maupun tersirat. Pesan moralnya adalah Allah swt. memerintahkan kepada hamba-hambaNya agar menjauhi kebodohan yang dapat mengantarkan kepada kemiskinan dan kemiskinan bisa menyebabkan kekufuran, selama kebodohan masih menyelimuti diri kita berarti kita belum merdeka sepenuhnya.

Kedua, kita belum merdeka dari kemiskinan. Allah swt. menegaskan dalam firmanNya agar kita jangan sampai meninggalkan generasi yang lemah. Lemah dalam banyak aspek, lemah dalam ekonomi, ilmu pengetahuan, fisik-mental, dan sebagainya.

Kebodohan yang berkolaborasi dengan kemiskinan mampu merusak keimanan. Allah swt. berfirman: Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah yang mereka khawatir terhadap kesejahteraan mereka. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertaqwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.

Karenanya jangan sampai belenggu kemiskinan kita biarkan begitu saja. Orang-orang yang kaya bebaskanlah saudara-saudara kalian yang miskin dengan harta yang kalian miliki.

Kita tingkatkan taraf perekonomian umat dan bangsa sehingga menjadi generasi yang kuat dalam berbagai bidang kehidupan.

Jangan kita biarkan kemiskinan terus terjadi secara turun-temurun menjadi penjajahan yang membelenggu.

Hal Ketiga, yang tidak kalah mengkhawatirkan adalah kita belum merdeka dari ketidakadilan hukum, sudah 77 tahun bangsa ini diberi rahmat oleh Allah swt. berupa kemerdekaan namun kita masih sering dijajah dengan model penegakkan hukum yang berat sebelah, timpang dan jauh dari rasa keadilan.

Coba lihatlah bagaimana hukum ditegakkan seperti pisau yang tajam ke bawah tapi tumpul ke atas. Penghinaan kepada kepala Negara bisa langsung ditangkap dan dicebloskan ke dalam penjara.

Sementara yang melakukan penistaan agama, menghina Al-Quran atau menyebarkan berita Hoax ada yang tidak diproses meski sudah dilakukan berkali-kali. Padahal kepala Negara saja disumpah dan dilantik dengan Al=Quran.

Contoh lainnya, si pencuri Ayam atau kayu yang tidak seberapa terkadang dihukum sangat tegas dan berat daripada koruptor uang maling rakyat.

Rasulullah ﷺ yang merupakan teladan bagi kita semua telah memberikan sikap adil dalam hukum tanpa pandang bulu, dalam sabdanya:

Kata Nabi adapun Aku di mizan yang jiwaku berada ditanganNya jika Fathimah puteri Muhammad mencuri maka akan Aku potong tangannya, hasya! tidak mungkin hal itu terjadi.

Keempat, kita belum merdeka dari kesenjangan dalam pemerataan kesejahteraan. Jarak antara orang kaya dan orang miskin masih menganga. Orang kaya menjadi semakin kaya, orang miskin semakin miskin. Ini adalah hal yang menunjukkan kita belum merdeka.

Karenanya menjadi tanggung jawab besar dipundak setiap pemimpin yang diamanahi oleh rakyat untuk menciptakan pemerataan dalam kesejahteraan. Sehingga ketimpangan yang tengah terjadi dapat dikurangi bahkan dihilangkan.

Semoga menginjak usia ke-77 tahun kemerdekaan Indonesia bangsa ini bisa meraih kebebasan dan kemerdekaan yang sesungguhnya bagi umat Islam kemerdekaan yang hakiki adalah sebuah perjuangan tiada henti.

Baca Juga:

Jangan sampai kita menyerah tanpa perlawanan akibat tergiur godaan dunia dan lalai menjalankan kewajiban kita sebagai seorang hamba.

Mari kita memerdekakan diri kita dari kebodohan, kemiskinan, ketidakadilan, ketimpangan dalam kesejahteraan.